#anak peduli
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pengukuhan kepengurusan ST. Kawula Wisuda periode 2023-2025
Pada hari Senin 6 Februari 2023, dilaksanakan acara pengukuhan kepengurusan ST. Kawula Wisuda Br.Kulub periode 2023-2025. Dalam acara pengukuhan kepengurusan di hadiri oleh para prajuru Adat Br. Kulub beserta Bapak Kades Tampaksiring I Made Widana. Adapun komunitas anak Peduli Lingkungan “PELIK” yang mengisi acara dengan menampilkan tari Panyembrama sebagai penyambutan yang menandakan…
View On WordPress
#anak#anak peduli#bali#br.kulub#gianyar#kawula#kawula wisuda#kulub#lingkungan#peduli#PELIK#pemuda#pemudi#st.kawula wisuda#Tampaksiring#teruna#wisuda
0 notes
Text
Kebahagiaan di Akhir Tahun: Pemkot Bengkulu Santuni 1.132 Anak Yatim di Masjid Merah Putih
Kebahagiaan di Akhir Tahun: Pemkot Bengkulu Santuni 1.132 Anak Yatim di Masjid Merah Putih KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Menjelang pergantian tahun, kebahagiaan dirasakan oleh 1.132 anak yatim di Kota Bengkulu, Penjabat (Pj) Walikota Bengkulu Arif Gunadi, bersama jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan berbagai stakeholder lainnya, menggelar…
#anak yatim#peduli anak yatim#Program peduli#Program sosial#Santunan akhir tahun#Santunan Anak Yatim#Arif Gunadi#Pemkot Bengkulu#Pj Walikota Bengkulu
0 notes
Text
BERBAGI BAHAGIA,Yayasan Mutiara Harapan, CALL 0895415469536,
Sekretariat Bekasi Timur Regency Blok H1/ 08, RT 001/ RW 0016, Kel. Cimuning, Kec. Mustika Jaya, Kota Bekasi
(Sebelah Klinik Al Muslimun)
Follow us: Mutiara Harapan https://www.facebook.com/mutiara.harapan.2016
@harapan_mutiara https://instagram.com/harapan_mutiara?igshid=m6fx785as8pe
Mutiara Harapan Official https://www.youtube.com/channel/UCSjk0PtLrbT5K5U97rC943g
Maps: https://goo.gl/maps/sLU8358FMVdVYyDdA
Rekening Bantuan Yayasan Mutiara Harapan ?? BSI : 7207148835 BCA : 5210972988 BRI : 042401000713302 Mandiri : 1560003175199 CIMB SYARI'AH: 860006933700 a/n : Yayasan Mutiara Harapan
yayasanmutiaraharapan.id https://yayasanmutiaraharapan.id/campaign/-momentum-rutin-berbagi-kebaikan-dan-kebahagiaan-tuk-mereka
1 note
·
View note
Text
Satgas Yonif 133/YS Peduli Terhadap Anak-anak Papua Membagikan Roti dan Bubur Kacang
Satgas Yonif 133/YS Peduli Terhadap Anak-anak Papua Membagikan Roti dan Bubur Kacang
Maybrat – Sebagai wujud kepedulian terhadap tumbuh kembang anak-anak, Satgas Yonif 133/YS melaksanakan program Yudha Sakti Sahabat Anak. Kali ini program tersebut diaplikasikan melalui kegiatan pembagian roti dan bubur kacang secara gratis kepada anak-anak serta olahraga bersama di Sekolah Dasar YPK Emaus, Kampung Susumuk, Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat-Papua Barat Daya, Sabtu…
View On WordPress
0 notes
Text
QUIZ TIME!!!
Serunya kegiatan belajar dan bermain bersama adik-adik binaan bimbel YMPB FOUNDATION. Mereka sangat bahagia mendapatkan hadiah lucu dari quiz hari ini. Alhamdulillah 🤗
Yuk, jangan lupa follow akun kami ya!
#ympbpeduli#fyp#berbagi#peduli#quiz show#quiz time#yatim#bimbel#gratis#belajar#bermain#anak-anak#kids
1 note
·
View note
Text
Penipu Ulung
Sadar nggak sih, orang dewasa itu adalah orang yang paling pandai untuk berbohong, entah berbohong kepada orang lain ataupun menipu diri sendiri. Saat ditanya, "Apa kabar?" jawabanya "Baik-baik saja". Padahal mungkin baru saja terluka. Seolah-olah menjadi dewasa itu dituntut untuk tampak baik-baik saja seterusnya, tak peduli seberapa hancur hidup kita. Padahal baru saja dihajar oleh pasangannya di rumah, kdrt. Padahal baru saja dimaki-maki atasannya di kantor. Padahal baru saja kehilangan sesuatu yang berharga.
Padahal pernikahannya sudah tak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal banyak sekali hal yang ditakutkan dalam hidupnya, menjelma menjadi rasa khawatir yang terus menekan sebagai trauma. Dan tetap berusaha bertahan seolah semuanya baik baik saja. Tanpa bisa melawan, tersandera pada ketakutan-ketakutan hidup akan masa depan nanti seperti apa. Kepiawaian untuk menipu itu telah menjadi mahir. Seolah menjadi salah satu keterampilan yang memang harus dimiliki oleh orang dewasa. Hingga tidak terasa, semua itu telah melekat menjadi tabiat. Hingga setelah menjalaninya bertahun-tahun, menyadari betapa hilangnya diri sendiri. Diri yang dulu pernah ada dalam diri kita beberapa tahun lalu, saat menjadi anak-anak yang jujur, saat memiliki mimpi-mimpi yang besar, saat ketakutan dalam hidup tidak lebih dari gelapnya malam atau ke toilet sendirian. Sepandai itu hingga orang-orang di sekitarnya merasa bahwa kita beruntung. Dan kita membalasnya dengan senyum tipis sembari mensyukurinya. Benar-benar piawai sekali menipu diri. Takut dan malu jika orang lain mengetahui sisi terapuh, tak ingin seorang pun tahu apalagi menolong. Tak ingin semuanya tahu bahwa cita-cita yang dulu menjadi mimpi yang dibicarakan bersama, ternyata tidak pernah menjadi nyata. Justru menjadi luka-luka yang menganga. Menjadi trauma yang menggerogoti diri. Hingga tak lagi mampu membedakan antara kenyataan dan asumsi. Sungguh pandai orang dewasa menipu dirinya. Mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi hidupnya penuh dengan rasa kalah. (c)kurniawangunadi
320 notes
·
View notes
Text
PEREMPUAN SELALU JADI KORBAN
Saya mau cerita sedikit ya ke kalian. Sesuatu yang akhirnya membuka mata saya bahwa dunia memang sekejam itu. Ini masih sambungan dari pertanyaan soal dating app.
Kalau ada yang bertanya apakah saya pakai dating app? Ya, betul. Awalnya cuma iseng karena penasaran ingin tahu. Juga, dulu pernah diledeki sama teman-teman PPI Amerop waktu mereka lagi bahas Tinder, saya tidak tahu apa itu. Dan mereka menjelaskanlah ini-itu, saya masih tetap tidak tahu. Waktu berlalu dan saya tidak peduli dengan aplikasi macam begituan. Hingga sampailah ke Covid kemarin yang mana kita semua tahu bahwa kegabutan adalah konsumsi semua orang. Di situlah mulai iseng install dan ternyata seru juga. Saya pakai Bumble, by the way.
Seru karena ternyata bisa bertemu dengan banyak orang yang unik-unik; bisa mengevaluasi cara kita berkomunikasi; dan bisa dapat cerita drama yang akan saya ceritakan di sini. Sampai ada yang cerita panjang lebar lewat suara, meski kita tidak tahu dan tidak pernah ketemu juga. Ada yang menangis, marah, sampai menceritakan dosa dan kebodohan-kebodohan masa lalu. Ada yang dengan entengnya bilang aktif berhubungan seksual dengan pacar, padahal berjilbab rapi. Ada yang sampai menawarkan dirinya sendiri untuk dipakai. Pernah juga ketemu dengan seorang hafizah yang dibuatkan profil sama temannya. Ah, lucu dan seru. Tapi lain kali saya cerita yang unik-unik itu. Saya cerita sisi gelapnya dulu soal perselingkuhan.
Jadi, begini. Di situ, saya bertemu banyak sekali divorcee. Dari yang masih muda usia 22 tapi sudah pisah dengan satu orang anak, sampai yang usia 28 dengan tiga orang anak masih kecil-kecil. Ada yang bahkan pisah saat masih hamil. Kira-kira, dari 10 orang pisah, 9 karena perselingkuhan dan 1 karena narkoba. 9 yang selingkuh ini macam-macam jenisnya, ada yang main gila, ada yang memang sudah penyakit, ada yang menikah karena buat menutupi kelainan seksual, ada yang menikah dengan orang lain karena tidak direstui orang tuanya tapi mereka masih tetap berhubungan (bahkan sudah seperti suami istri). Dari semuanya yang menjadi korban adalah perempuan. Ada yang bahkan sampai tiga kali sujud-sujud ke istrinya karena ketahuan selingkuh tiga kali pula. Tahu pas kapan? Saat mereka ada di RS menunggu istrinya lahiran. Saat itu, suaminya ikut jaga dan kebetulan HP suaminya ditinggal di meja. Istrinya tidak sengaja melihat ada chat sayang-sayangan. Di situlah terbongkar ternyata suaminya selingkuh dengan mantannya. Bayangkan, kejadian ini berulang sampai tiga kali dan baru saat di anak yang ketiga si perempuan sudah tidak bisa memaafkan. Ada juga yang menikah tapi tidak pernah disentuh sama suaminya. Sampai-sampai si perempuan pakai pakaian yang begitulah, tapi tetap suaminya tidak menyentuh. Hingga setelah lama baru mau, tapi setengah hati. Baru setelah memuncak konfliknya ketahuanlah ternyata dia boti.
Gila. Stress saya mendengarkan kisah-kisah ini. Awalnya saat mendengar cerita seperti ini, saya selalu mencoba untuk berada di tengah, sebab saya hanya mendengar dari satu sisi. Bisa jadi ada kejadian yang tidak diceritakan. Tapi, dari semua pola yang ada: jelas yang paling terdampak adalah perempuannya. Semua sudah punya anak, anak-anaknya ikut dengan ibunya. Kebanyakan laki-lakinya bahkan tidak bertanggung jawab (tidak memberikan nafkah sama sekali untuk anaknya). Bayangkan, perempuan sudah diselingkuhi, merawat anak sendiri, bekerja dan cari nafkah sendiri, lalu masih lagi harus menyandang gelar “divorcee”. Saya sampai speechless mendengar kisah-kisah mereka. Di situ saya percaya bahwa mereka tidak mengada-ada.
Dari situ saya ambil kesimpulan bahwa di segala perceraian perempuan selalu menjadi korban yang paling besar. SELALU. Cerita di atas belum termasuk dari beberapa orang yang saya kenal dan mengalami nasib yang sama. Polanya sama: diselingkuhi, ditinggal pergi, anak-anak tidak diacuhi. Ini benar-benar membuka pikiran saya bahwa ternyata sekejam itu dunia di luar sana. Jujur, saya berasal dari lingkungan Tarbiyah yang mayoritasnya keluarga mereka baik-baik saja, tidak ada keributan, apalagi perselingkuhan. Setidaknya itu yang saya temukan dalam sirkel saya pribadi. Begitu sederhana tapi sempurna. Kalaupun ada yang cacat itu bisa dihitung dengan jari. Semenjak kenal dengan orang-orang baru, dari aplikasi itu, saya bisa sedikit melihat pada dunia yang lebih luas. Dunia yang ternyata: ada lho yang begitu. Astaghfirullah. Kalian pernah tidak sampai rasanya ulu hati sakit karena mendengar atau melihat sesuatu yang di luar ekspektasi? Saya merasa benar-benar masuk ke dalam hutan belantara.
Entahlah, apa hikmah yang bisa kalian ambil dari sedikit pengalaman yang saya bagi di sini. Yang jelas, ini bukan soal aplikasi. Ini soal dunia kelam yang, maaf sekali untuk kalian para perempuan, telah sering menjadi korban. Saya tidak menduga dunia sekejam itu. Berhati-hatilah ketika memilih pasangan. Jangan pernah terbuai dengan kecantikan, ketampanan, harta, atau hal-hal yang tidak membawa kalian ke kedamaian hati. Pilih pasangan yang benar-benar takut pada Tuhan yang bisa dilihat dari gesturnya, bukan sekadar tulisan atau persona yang dibangun di sosial media. Berdoalah untuk diberikan pasangan yang sama-sama mau ke surga. Dan, senantiasa perbaiki diri agar dipertemukan dengan orang yang sekufu dengan kita. Sekian.
72 notes
·
View notes
Text
Ibadah Terlama, Bukan Menikah
Menikah memang ibadah jangka panjang, tapi bukan berarti adalah ibadah terlama.
Jadi, beberapa waktu lalu aku melihat video anak-anak Palestina yang penampilannya lusuh berlumuran noda sisa peperangan. Namun sinar wajah mereka begitu memancarkan keteguhan dan keyakinan.
Sang pengambil video mengajukan beberpa pertanyaan padanya, pertanyaan khas kanak-kanak seperti:
"Siapa tuhanmu?"
Allah
"Apa agamamu?"
Islam
"Siapa nabimu?"
Muhammad, shalallahu 'alaihi wassalam
"Apa kitabmu?"
Qur'an
"Apa ibadah yang paling utama?"
Jujur, aku kaget pas denger jawaban anak-anak kecil itu ketika ditanya tentang "Apa ibadah paling utama?"
Karena ternyata, jawaban mereka bukan shalat, bukan puasa, bukan zakat, sedekah, haji apalagi menikah.
Jawaban mereka adalah, Tauhid.
Yup! Tauhid.
Ibadah paling utama sekaligus paling lama. Karena menjalaninya perlu waktu seumur hidup. Gak peduli kamu masih bujang, gadis, menikah, gak menikah, janda, duda, selama kamu masih bernyawa, selama itu pulalah kamu wajib menggenggam erat tauhid.
Eh, kamu paham gak maksudnya? Bukan, ini bukan perkara murtad gak murtad aja.
Gini, ketika kamu hidup bertauhid. Ketika kamu yakin bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, yang tidak membutuhkan siapa-siapa, yang maha berkuasa atas segalanya,
Maka, ketika suatu saat nanti kehidupan kamu berada di titik terendah yang paling rendah sekali pun, kamu gak akan pernah terpikir untuk bunuh diri, untuk menyerah.
Karena kamu yakin bahwa Allah pasti akan menolong kamu, entah bagaimana pun caranya. Akhirnya kamu dipaksa ikhlas untuk melepaskan semuanya... dan hanya berpasrah kepada-Nya.
Inilah kenapa surat Al-Ikhlas (Qul huwallahu Ahad) justru isinya tentang tauhid, bukan tentang 'ikhlas'.
Karena esensi dari kata 'ikhlas' sendiri akan merujuk pada tauhid. Dzat yang tunggal. Dzat yang nasib semua makhluk bergantung pada-Nya. Dzat yang tidak mempunyai sifat seperti makhluk-Nya (beranak dan diperanak). Dzat yang tidak ada sesuatu apa pun yang bisa setara dengan-Nya.
Iya, karena hanya ketika kita berada di titik terbawah sajalah kita baru menyadari tentang betapa kecilnya diri kita. Betapa kita membutuhkan Yang Lebih Besar dari kita, yang hanya satu-satunya, yang mampu menolong kita, suatu Dzat yang lebih besar, yang tidak terjangkau oleh akal makhluk-Nya, tapi dapat menjangkau seluruh urusan makhluk-Nya.
🌸🌸🌸
Jadi, please tolong jangan lagi bilang kalau "menikah adalah ibadah terlama", dan kalau ada yang posting kata-kata kayak gitu, tolong diingetin, dikasih tau.. please... karena efeknya fatal banget..
Ketika seseorang menganggap bahwa "menikah adalah ibadah terlama", maka yang belum menikah jadi takut buat menikah. Dan yang sudah menikah tapi malah saling mendzalimi sesama, jadi takut untuk bercerai.
Padahal cerai itu halal lho. Cerai itu solusi, bukan parameter kualitas diri.
🌸🌸🌸
Ketika kita paham bahwa tauhid adalah ibadah paling utama dan paling lama, maka kita gak akan mempermasalahkan lagi kenapa seseorang di usia sekian belum menikah juga, atau apakah seseorang itu bisa membina rumah tangga atau malah gagal, karena kita tahu bahwa takdir setiap manusia itu digenggam Allah.
Menikah dan mempertahankan keutuhan rumah tangga itu perbuatan yang mulia, tapi tolong diingat bahwa kehidupan, dan planet Bumi ini, bukan hanya milik orang-orang yang menikah.
Hey, menikah bahkan gak termasuk rukun Islam?!
#writers on tumblr#kontemplasi#tulisan#female writers#self love#self worth#self care#love#pernikahan#menikah#nikah
323 notes
·
View notes
Text
pagi-pagi overthinking. Dengan gaji gue sebagai dosen, gue cukup pesimis bisa hidup nyaman di Surabaya. Yang gue harapkan adalah Allah mentakdirkan gue bisa hidup nyaman lewat pintu rezeki yang halal sekaligus ngasih gue keleluasaan untuk punya quality time dan bonding emosi yang bagus dengan keluarga gue kelak.
di balik stigma orang lain tentang perempuan single di atas 30 tahun, ada mbak-mbak biasa aja yang enggak galak, nggak punya income banyak juga, malam-malamnya nonton k-drama dan masih mendengarkan curhatan teman-teman yang galau.
tidak akan sok savage macem-macem.
gue support perempuan untuk bisa hidup tenang dan lebih peduli ke diri sendiri. Entah itu single, punya anak satu, dua, tiga dst dst....
196 notes
·
View notes
Text
Menuliskan doa..
Ustadz Syafiq riza basalamah hafidzhahullaah said :
Ketika Allaah menentukan sebuah takdir yang berat untukmu, Yakinlah itu sudah ditakar sesuai kekuatanmu,
tidak ada beban yang engkau angkat melebihi kekuatanmu,
Jika merasa putus asa karna tidak punya siapa siapa, ingat engkau punya Allaah.
Allaah, pada penghujung Jumat hari ini dibulan Rajab. Maka terimalah permohonan kami yang sungguh mengharap akan pertolongan dan keajaiban dariMu. Sebab kemana lagi akan ku ketuk pintu kalau bukan pintuMu.
Allaah, pada semua harap dan doa yang tercurahkan. Hanya Engkau sebaik-baik penolong dan sebaik-baik yang mengabulkan sebuah pinta.
aku sungguh berharap kebaikan, kabar baik, keajaiban dan kebahagiaan besar itu datang diperiode ini. Perihal penantian yang telah ditunggu oleh banyak orang-orang baik yang menyayangi diri ini. aku masih terus berharap akan kemurahan yang Engkau curahkan kepada diri ini, ya Allaah.
Berkali-kali aku menangis dan menghapus air mataku, aku tegakkan kembali diriku, aku besarkan lagi harapku, semua aku tujukan hanya kepadaMu. Sebab tiada lagi yang bisa menolongku kecuali Engkau. Karena setiap ketetapan Engkau adalah pasti dan baik untuk diri ini.
Perasaan, harap, dan doa-doaku kini melangit dan tiada berhenti kepadaMu. sebab aku yakin, Engkau tidak akan meninggalkanku sendiri, Engkau Mendengar pintaku, Engkau memahami perasaanku lebih baik bahkan diriku sendiri kala memahaminya.
Allaah, akan aku buktikan bahwa jalur langit tidak akan mengecewakan. aku percaya pada janjiMu, bahwa Engkau pasti akan mengabulkan doa para hamba yang memohon dan terus meminta kepadaMu tanpa henti.
Allaah, harapan itu terus tumbuh seiring waktu. Bukan kepada makhluk, namun kepada Engkau. Hanya Engkau, tidak ada yang lain. Sebab manusia sungguh melelahkan. Dan pada akhirnya hanya Engkau yang tetap kekal dan tinggal dengan abadi.
aku hanya punya Engkau ya Allaah, aku hanya mengandalkan Engkau dalam hidupku ini. aku tak kuasa sedikitpun atas diriku sendiri. Maka tolong aku, kabulkanlah harapku, pintaku, yang tengah merajut banyak pinta ini kepadaMu.
aku hanya merayu kepadaMu, aku tak punya kekuatan untuk merayu makhluk bernama manusia. Sebab itu hanya kesia-siaan belaka.
Buat aku hamil, dan memiliki keturunan ditahun ini ya Allaah. aku ingin menjadi ibu. aku ingin mendidik anak-anakku untuk taat dijalanMu. Dan kemustahilan itu hanya akan terwujud dengan doa yang selalu ku pinta kepadaMu. aku tak peduli lagi kala aku menuliskan ini. aku hanya membutuhkan kemurahan mu kepada diri ini wahai Rabbku...z
286 notes
·
View notes
Text
dulu sekali
dulu, ada masa di mana alasan gua bergadang karena sedang asik chattan sama banyak orang, hape belum mati/lowbet berarti belum boleh tidur, gak peduli besok harus bangun pagi.
dulu, kalau pengen ngobrol, tinggal telpon. Atau kalau gak bisa saat itu juga telpon, palingan cuman nunggu pagi datang, berangkat sekolah terus bebas cerita apa aja ke teman sampe mulut berbusa sekalipun.
dulu, kalau mau pergi ke mana pun tinggal ajak temen, temen gak bisa ya jadi gak bisa pergi, karena kalau pergi sendiri jadi gak seru.
Tahun berganti, umur menua, zaman bertambah, prioritas orang-orang perlahan berubah...
Sekarang, notif pesan cuman di isi oleh grup. Grup jualan, grup kantor, dan berbagai grup lainnya yang bahkan tidak pernah dibuka. Gak ada lagi pesan berisi basa-basi, tukar informasi, ngomongin crush, atau video call/telponan padahal barusan aja udah ketemu.
Tumbuh dewasa itu ternyata bisa sesepi ini, ya?
Nulis ini, bikin gua sadar kenapa banyak orang bisa se 'addicted' itu sama media sosial, kpop, atau gila kerja. Karena hal-hal itu tuh gak sama kayak orang lain. Yang bisa 'ninggalin', ataupun 'susah ditemuin'. Meskipun gak semua hal-hal tadi itu berakibat baik, setidaknya bisa menutup kekosongan sebagian orang. Kalau anak zaman sekarang nyebutnya sih sebagai coping mechanism. Bersyukurnya masih banyak yang sadar, kalau bundir itu haram.
Kalau coping mechanism gua saat ini sih cuman sibuk kerja, baca buku, ataupun jalan-jalan. Gua gak mau lagi menjadikan 'orang lain' sebagai tempat pelarian gua. Karena lingkarannya pasti selalu sama. bukannya bikin sembuh, akhirnya pasti cuman dua, gua yang nyakitin, atau gua yang disakitin.
Gua selalu memohon sama Allah meskipun saat ini gua udah gak punya siapa-siapa lagi, setidaknya rezeki gua berupa uang selalu dimampuin. Karena meskipun gak bisa 'membayar' seseorang untuk ada saat gua butuh, setidaknya dengan uang yang cukup, gua bisa membeli 'waktu' yang bisa gua pakai untuk menciptakan kebahagiaan gua sendiri tanpa harus ditemenin siapa pun.
117 notes
·
View notes
Text
Perayaan Bulan Muharram di Kota Bengkulu: Santuni 1000 Anak Yatim dalam GPY
Perayaan Bulan Muharram di Kota Bengkulu: Santuni 1000 Anak Yatim dalam GPY KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Bulan Muharram selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam, tidak hanya sebagai awal tahun baru Hijriyah tetapi juga sebagai waktu untuk meningkatkan kebaikan dan kepedulian sosial. Pada tahun 1446 Hijriyah, Pemerintah Kota Bengkulu bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggelar…
#Bulan Muharram#Gerakan Peduli Yatim#Kegiatan Sosial#Kesejahteraan Sosial Bengkulu#Pemberian Paket Sembako#Perayaan 1 Muharram#Program Santunan Anak Yatim#Santunan Anak Yatim#Arif Gunadi#Pj Walikota Bengkulu
0 notes
Text
Anak Kecilnya Mama, Kebanggaannya Papa
Kita tumbuh besar, ngerasa udah jadi manusia paling independen sejagat raya. Punya pilihan sendiri, mau ke mana, mau jadi apa, dan mau hidup gimana. Tapi di balik semua adulting yang bikin kita sok dewasa, satu hal nggak pernah berubah—kita masih anak kecilnya mama. The same little kid yang dulu nangis jatuh waktu belajar jalan, yang lari-lari kecil pulang sekolah buat cerita ini-itu tanpa sensor. Dan meskipun sekarang kita sibuk ngatur hidup dan pura-pura kuat, mata mama selalu bisa nembus semua topeng kita.
Mama itu tempat kita pulang, tempat crash landing paling aman. Nggak peduli seberapa kacau hari kita, seberapa bad dunia ini nge-treat kita, mama selalu punya pelukan yang rasanya kayak home. Masih inget nggak waktu kecil kita sakit? Mama begadang jagain kita, bahkan nyalahin diri sendiri karena “mungkin mama telat kasih vitamin ya?” Padahal kita cuma kebanyakan main hujan. That’s the thing about a mother’s love—tulus tanpa syarat, nggak pernah minta balasan. Nggak peduli umur kita sekarang 17, 25, atau 35, di mata mama, kita tetap anak kecilnya.
Terus papa? Kita sering lupa kalau di balik diamnya papa, ada cinta yang nggak kalah dalam. Cinta seorang lelaki yang nggak pake banyak kata, tapi selalu nyata dalam perbuatan. Papa mungkin nggak sering bilang, “Aku sayang kamu.” Tapi papa adalah lelaki pertama yang ngajarin kita tentang arti safe love. Dia yang ngajarin kita cara naik sepeda, nolongin kita ngerjain PR Matematika (meski akhirnya mama yang nyerah), atau diem-diem ngelirik kita dari jauh sambil senyum bangga waktu kita berhasil lulus sekolah atau dapet hal kecil yang berarti buat kita.
Cinta papa itu seringnya sunyi. Tapi ketika kita lihat lebih dekat, cinta papa ada di setiap kali dia bilang, “Hati-hati di jalan ya, Nak,” atau waktu dia rela kerja siang-malam buat bikin kita nyaman. Tanpa papa sadari, dia jadi standar pertama kita tentang lelaki: seseorang yang berani bertanggung jawab, yang kuat, tapi hatinya selembut doa.
Di tengah dunia yang ribut soal cinta, kita sering ke mana-mana nyari validasi, nyari seseorang yang “bisa ngerti aku”. Tapi sering kali, kita lupa kalau cinta paling tulus itu justru datang dari rumah—dari mama dan papa. Mereka yang nggak pernah nanya “Kamu bisa kasih aku apa?”, tapi selalu bilang, “Kamu butuh apa?”
Dan saat hidup ngebanting kita berkali-kali, saat kita ngerasa sendirian dan nggak ada yang ngerti, kita cuma perlu nginget satu hal: di mana pun kita berada, kita masih anak kecilnya mama, dan cinta tulus seorang lelaki itu udah kita dapet dari papa. The kind of love that doesn’t fade—forever home kita yang nggak pernah lelah nunggu kita pulang.
22 notes
·
View notes
Text
Mulailah dari Gelisah
“Ada satu pesan terakhir?”
Ketika pada podcast LPDP aku ditanya satu pesan akhir, aku teringat nasihat mendalam dari KH Budi Ashari: “mulailah dari rasa gelisah.”
Eh gimana gimana? Rasa gelisah memangnya positif ya?
Ternyata yang dimaksud di sini adalah rasa keprihatinan pada suatu isu. Pada suatu masalah. Pada suatu problematika.
Rasa gelisah itu bisa amat berbeda di tiap orang. Ia hadir sebagai titipan pada hati tiap individu, yang beragam latar, cara pandang, pengalaman hidup, dan lingkungannya.
Kata kakak saya yang seorang dokter anak… banyaak sekalii bayi prematur di Indonesia yang tidak tertolong karena mahal dan terbatasnya inkubator. Kenapa harus impor inkubator sementara alat ini mudah dan murah dibuat? Kenapa harus mengikuti spek ukuran di jurnal ternama? Padahal realitanya di masyarakat, kamar mereka sempit dan bersebelahan dengan kandang kambing. Mana mungkin cukup? Kenapa alatnya terlalu berat sehingga sulit ditransportasi, sementara pasien kita hidup di pegunungan dengan akses jalan kaki terjal?
Ujar seorang Professor teknik mesin penggagas gerakan inkubator gratis untuk bayi prematur di Indonesia.
Aku sakit kanker kelenjar tiroid di usia muda, usia dimana seharusnya aku bersenang dan bermimpi. Tidak hanya fisikku yang sakit, mentalku jatuh. Padahal aku sendiri kuliah psikologi. Bagaimana dengan remaja dan pemuda lain di luar sana yang sendiri menghadapi sakit kronis? Yang dikucilkan? Yang tiap hari harus konsumsi obat? Yang tiap bulan tamasya-nya ke Rumah Sakit?
Ujar seorang penggerak komunitas pasien penyakit kronis.
Rasa gelisah itu tidak bisa direkayasa.
Rasa itu muncul dari belanja masalah pada realita. Muncul dari ilmu tentang kondisi ideal yang kemilau dari hasil literasi, diskusi, dan keyakinan atas ayat-ayat suci. Semakin berilmu, semakin gelisah.
Semakin tinggi ilmunya, semakin sadar akan standar ideal yang menjadi acuan, dan betapa tidak idealnya kondisi saat ini.
Sesederhana acuan penanganan “door-to-needle-time” pasien stroke 15 menit yang sulit diterapkan. Yang kemudian mendorong tim dokter saraf merevolusioner sistem pre-hospital penerimaan pasien stroke dengan mengintegrasikan alat CT scan di ambulans.
Atau sekompleks kenapa suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat terjadi di tengah masyarakat.. sementara pada kitab suci dan tuntunan Nabi telah dipercontohkan sebagai panduan. Yang kemudian membangkitkan seseorang berjuang mendirikan madrasah. Kemudian memberi akses pendidikan yang kini menjadi aliran amal… dari ribuan sekolah di Indonesia dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Iya, KH Darwis, pendiri Muhammadiyah.
Rasa gelisah itu bukan kebetulan.
Dipertemukan tokoh ini dan itu, orang ini dan itu. Dipertemukan bacaan-bacaan buku. Dipertemukan guru-guru. Dipertemukan ujian ini, kondisi itu.
Jadi mulailah dari rasa gelisah. Jika belum menemukan rasa itu, mungkin itu tanda baik dari Allah untuk kita lebih semangat mencari ilmu, semangat belanja masalah, semangat membaca buku. Lalu temukan celah-celah itu. Celah besar antara realita dan kondisi ideal.
Berdirilah di celah itu, rasakan kegelisahannya. persempitlah celah itu, mulailah dari situ.
Nanti akan Allah bukakan jalan untuk menjawab kegelisahannya.
InsyaaAllah.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang amat peduli. Amat khawatir dan gelisah tentang kondisi umat dalam kondisi kebodohan dan kerusakan serta kebiadaban saat itu. Ber-tahannuts di gua Hira, bukan karena menghindari masyarakat, justru karena beliau SAW adalah sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat.. Rasulullah SAW merasakan kegundahan, kegelisahan, keprihatinan mendalam.
Wallahua’lam.
-h.a.
Kalau kamu, rasa gelisahnya terhadap apa?
56 notes
·
View notes
Text
Orang tua dari anak2 yang super aktif, akan diuji dengan mudahnya mengasuh pakai gadget (screen time). Ketika ditunjukkan video warna-warni, seketika anak jadi anteng, tidak perlu khawatir akan membuat kekacauan di rumah dll. Sekali, dua kali tidak apa-apa, tapi lama-lama bisa jadi jurus andalan.
Sayangnya, dari sekian manfaat screen time ternyata dampak buruk yang ditimbulkan justru lebih mengkhawatirkan. Terutama dari sisi psikologi. Dari berbagai literatur yang saya baca, terlalu banyak screentime secara membuat anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan. Tidak peduli dengan hal-hal di sekitar karena lebih fokus pada gadgetnya. Inilah jawaban mengapa anak-anak remaja saat ini rata-rata tidak memperhatikan ketika orang tua berbicara pada saat dia sedang memegang handphone. Tidak menyapa ketika berpapasan dengan orang lain, tidak peka apabila ada orang lain yang membutuhkan bantuannya.
Memang mudah, nengasuh anak dengan menonton layar. Tapi ini ujian. Melenakan, dan lama-lama menjerumuskan. Sayangnya, kesadaran ini mungkin hanya muncul pada orang tua yang benar-benar mencintai anaknya. Yang rela meninggalkan kemudahan itu lalu memilih bercucuran berkeringat mengejar anak yang lari-lari di jalan. Rela mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan tak jarang kesehatannya sendiri.
Maka boleh saya katakan, andai ada orang lain yang bisa mengasuh anak dengan kasih sayang sebagaimana sayangnya orangtua yang demikian, maka tidak akan ada yang bisa membayar upahnya, selain Allah. Terlalu mahal. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih baik.
_Ujung hari yang lelah, 7/11/2024
24 notes
·
View notes
Text
Menyikapi Akun "Rumahati"
Sebenarnya sudah sangat lama isu ini terpendam karena banyak user Tumblr yang berinteraksi dengan saya terlibat dengan akun @rumahati. Terlibat dengan artian: dikontak. Dihubungi perihal ajakan untuk sedekah secara personal ke kegiatan yang bersangkutan dengan rekening pribadi. Tapi kemudian ada beberapa problem yang teman-teman sampaikan dan berkaitan dengan saya juga.
Awal mula isu ini muncul dari posting-an ini KLIK. Silakan baca dulu jika ingin tahu. Tapi di tulisan ini juga sudah saya sertakan, karena ini versi dari saya semoga dapat gambaran lain dari tulisan yang sudah ada.
Catatan: di posting-an ini ada banyak link yang bisa dibaca. Tinggal klik "KLIK" tersebut.
Setidaknya, ada tiga momen yang membuat saya akhirnya berkesimpulan kalau sosok di balik akun Rumahati cukup problematik.
Pertama, saat dia membuat posting-an di Tumblr yang diduga ditujukan ke saya. Interaksi saya dengan akun tersebut, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai "SW" dan biasa dipanggil "U", pertama dari Message di Tumblr ini. Dia merespon posting-an saya yang sedang mencari tim kreatif untuk lembaga filantropi yang saya miliki: Ide Berbagi. Juga dia ingin bergabung ke grup filantropi Tumblr yang saya buat. Chat-nya masih ada dan dia akhirnya bergabung juga di grup Whatsapp tersebut. Namun, tidak banyak interaksi yang dia lakukan di grup Whatsapp itu.
Dia pernah chat saya berkonsultasi tentang program sosial dan menjabarkan program personal yang dia punya. Saya ingat betul jawaban yang saya berikan ke dia salah satunya bahwa model lembaga saya tidak menyalurkan ke personal, tapi ke komunitas atau penerima manfaat yang komunal (kelompok anak atau masyarakat). Sementara dia menyalurkan secara personal dan targetnya personal juga. Apalagi pakai rekening pribadi. Tentu ini tidak masuk kriteria lembaga dan prinsip saya. Lagipula, cara dia sulit untuk dimintai pertanggungjawaban.
Nah, ternyata karena penolakan ini dia membuat posting-an. Awalnya, saya tidak tahu karena tidak saling follow. Tapi ada mutual yang follow akun tersebut dan merasa ditujukan ke saya. Saya diberi tahu (gambar kiri). Isinya begini (gambar kanan):
Saya tidak terlalu menggubris karena tidak menyebutkan siapa, tidak tag/mention akun saya, atau yang memang jelas ditujukan ke saya. Tidak terlalu peduli. Cuma ini momen inisiasi pertama yang membuat saya agak terperanjat. Salah satu bukti dari kesalnya dia dari prinsip saya itu bisa dilihat di chat yang dia sendiri ketik di sini: KLIK. Tulisan tersebut juga membahas tentang Rumahati.
Kedua, setelah dia gabung di grup Whatsapp komunitas Tumblr yang saya buat, yang kemudian menjadi komunitas donatur "Searah" dan kini alhamdulillah menjadi Yayasan Visi Searah Cendekia (KLIK untuk lihat Instagram VISECA), dia menghubungi beberapa anggota grup secara pribadi dan menawarkan sedekah. Ada beberapa anggota grup yang konfirmasi ke saya soal ini. Ini salah satunya:
Ini momen kedua di mana menurut saya tidak etis sekali mengontak orang yang baru dikenal memanfaatkan nomor pribadi yang diambil dari grup kami. Grup ini awalnya sampai 200-an orang. Seingat saya ada lebih dari 5 orang yang mengonfirmasi ke saya. Saya hanya bisa menyarankan agar kalau memang mau donasi, minta kejelasan perihal dokumentasi, dsb. Yang saya sayangkan di sini dia mengambil nomor pribadi teman-teman Tumblr dari grup yang saya buat untuk kepentingan pribadi.
Ketiga, setelah banyak orang yang menanyakan ke saya perihal akun Rumahati dan merasa jengkel dengan model penagihan yang dia lakukan. Ini bahkan bukan orang-orang yang berasal dari grup Whatsapp saya tadi. Jadi, ada beberapa orang baik yang sesekali donasi ke dia dan bahkan ada yang sampai rutin. Cuma, banyak dari mereka yang risih dengan Rumahati karena tiap minggu ditanyakan dan seolah ditagih untuk berdonasi. Ini bukan saya yang mengatakan tapi eks donatur Rumahati sendiri. Mereka bahkan merasa seperti berhutang dan dikejar-kejar. Tapi saat ditanya dokumentasinya, tidak pernah mau menunjukkan. Sampai akhirnya mereka memblokir akses Whatsapp dan juga akun Tumblr Rumahati.
Ada banyak yang mengadu seperti ini. Tapi saya malas untuk mengubek lebih dalam memori Whatsapp saya. Saya sertakan chat dari dua orang yang sebal dan akhirnya memblokir Rumahati berikut:
Itu tiga hal yang saya merasa memang akun Rumahati ini problematik, terlepas dari kepribadian atau masalah pribadi yang dia miliki. Tidak ada yang tahu mengapa begini.
Masalah terbesar dari Rumahati ini ada di transparansi. Setiap kali diminta dokumentasi atau bukti penyaluran, selalu ada alasan. Tidak ada foto, kuitansi, atau apapun itu. Ini yang saya sampaikan dari awal ke teman-teman Tumblr—termasuk ke akun Rumahati itu waktu dia konsultasi—bahwa donasi ke personal itu peluang fraud-nya sangat besar dan transparansi jadi kunci. Orang-orang tidak akan tertarik dengan model kegiatan sosial begini. Tapi, ya namanya orang baik itu banyak dan di mana saja, termasuk di Tumblr ini, masih ada yang percaya donasi personal model Rumahati. Kalau kejadian akumulatif seperti saat ini, bagaimana? Susah kita menentukan kejelasan antara amanah atau tidaknya.
Itu tiga hal yang membuat saya berkesimpulan kalau Rumahati ini problematik. Sebenarnya saya sudah tidak menggubris karena tidak satupun dari problem di atas menyasar saya langsung. Jadi, tidak terlalu peduli. Sampai akhirnya kemarin ada akun yang mengangkat ini jadi pembahasan (KLIK di sini). Saya tidak menduga ternyata sampai hampir Agustus 2024 ini masih juga bermasalah. Silakan baca juga di sini KLIK, di sini KLIK, dan di sini KLIK.
Dan, ternyata ada problem lain yang orang-orang lain dapatkan: hutang. Setidaknya sudah dua akun yang mengaku diminta meminjamkan uang untuk Rumahati demi alasan ini-itu, tapi pembayarannya lama bisa setahun dan itupun susah ditagihnya (nama ada di saya). Saya tidak ada masalah dengan hutang-piutang karena itu urusan personal dan sebuah kewajaran. Tidak perlu malu atau mempermalukan orang lain karena hutang. Tidak. Jangan ada yang menghakimi orang lain karena hutangnya selama ada niat untuk melunasi. Tapi kalau ternyata ada pola gunung es, saya kira ini bagian dari problematika yang lebih besar.
Problem puncak dari Rumahati ini saya kira karena dia menghilang tiba-tiba setelah topik ini diangkat ke Tumblr kemarin. Akunnya menghilang, Whatsappnya raib, dan semua akses yang dia punya putus begitu saja. Memunculkan pertanyaan besar: kenapa? Orang jadi menduga-duga. Padahal, seharusnya masih bisa dijelaskan dengan baik-baik jika memang intensinya tidak untuk disalahgunakan. Jawab saja satu persatu dan buktikan kalau dugaan-dugaan itu tidak benar. Apalagi kalau ternyata dia ada masalah yang memaksa dia untuk bersikap demikian. Selama masih dalam batas logika, etika, dan moral saya kira orang-orang mudah untuk memahami.
Saya pribadi tidak ada urusan dengan Rumahati selain menyayangkan karena ini mencoreng dunia filantropi. Satu lagi alasan yang akan membuat orang enggan untuk berdonasi. Saya pun sedang tidak menuduh terkait amanah donasinya, karena saya bukan donatur dia dan tidak punya alasan untuk meminta transparansi. Karena nama saya disebut dia di salah satu postingan terbaru ini KLIK, akhirnya saya memutuskan buka suara untuk menyikapi.
80 notes
·
View notes